Pages

Jumat, 08 Januari 2010

Siapa Menjadi Sumber Kekacauan Global ?

Sampai kapan akan berakhir saling membunuh, menghancurkan, memusnahkan, dan akhirnya menuju sebuah skenario ‘kiamat’. Kecenderungan kehidupan secara global, seperti masuk dalam sebuah lingkaran setan. Tidak berujung. Siapa yang bertanggung jawab atas situasi dan keadaan ini?
Apakah ini sudah menjadi pakem atau sunatullah, perang antara al-haq dengan al-bathil, dan tak akan pernah berakhir, sampai tegaknya sistem al-haq. Sampai tidak ada lagi fitnah dimuka bumi ini dari orang-orang kafir, yang sekarang terus menggunakan kekuatan militernya, ekonominya, budayanya, dan agamanya, yang bertujuuan ingin memusnahkan kaum muslimin dan nilai-nilai Islam yang haq.

Amerika mendatangkan puluhan ribu pasukannya ke Afghanistan, sebagai bagian perintah Presiden AS Barack Obama ke Afghanistan. Dilanjutkan dengan serangan massif ke wilayah-wilayah di Afghanistan, yang diduga menjadi basis Taliban. Serangan darat dan udara, dan tanpa henti, yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban, terutama dikalangan sipil, seperti yang terjadi baru-baru ini di Propinsi Helman. AS menggunakan pesawat tanpa awak, menjatuhkan bom berton-ton, ke sasaran-sasaran, yang semuanya dikendalikan dari pusat pengendalian serangan, yang ada di Washington. Anak-anak sekolah, wanita, dan orang tua menjadi korban.
Amerika menekan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, agar menghancurkan basis-basis Taliban, yang dikatakan membahayakan keamanan global. Zardari menggerakkan pasukan militernya, menyerbu lembah Swat, dan sekarang militer pasukannya berperang di wilayah Waziristan Selatan, tak sedikit yang menjadi korban, terutama sipil. Ratusan ribu penduduk menjadi pengungsi, dan kondisi sangatlah menyedihkan. Para pengungsi mengalami kelaparan, terkena wabah penyakit, dan banyak yang mati, karena pemerintah tak mampu memberikan perlindungan kepada para pengungsi.
Afghanistan dan Pakistan menuju ke arah negara gagal, akibat agresi militer yang dilakukan oleh AS, yang tidak jelas tujuannya, dan hanya modal memerangi teroris, Taliban dan Al-Qaidah, sekarang di kawasan itu, menciptakan kekacauan. Tentu, yang paling fatal, AS dengan menggunakan taktik ‘adu domba’ diantara kelompok-kelompok masyarakat. Antara kelompok yang pro dengan Taliban dengan yang menentang Taliban. Antara yang pro Al-Qaidah dengan yang menentang Al-Qaidah.
Di Afghanistan dan Pakistan, AS menggunakan siasat yang dahsyat, dan sangat jahat, melalui cara ‘adu domba’. Mempersenjatai kelompok-kelompok masyarakat dan melatih mereka berperang, dan diarahkan mereka melawan kelompok Taliban dan Al-Qaidah.
Tidak cukup AS mendatangkan puluhan ribu pasukan, tapi mengajak suku-suku yang ada dikedua negara, bangkit melawan Taliban dan Al-Qaidah. Tapi, langkah ini secara perspektif, bukannya berhasil menghadapi dan menghancurkan kekuatan Taliban dan Al-Qaidah, tetapi semakin kacaunya situasi yang ada di kedua negara itu.
Perlawanan Taliban dan Al-Qaidah, tak kalah hebatnya, menghadapi skenario yang sudah diciptakan AS, di Afghansitan dan Pakistan. Kedua negara itu benar-benar mengalami ‘law less’, tidak ada lagi hukum, yang dapat ditaati. Serangan bom hampir setiap hari, yang mengakibatkan banyak korban. Serangan ke basis militer, kantor pemerintahan, bahkan ke kelompok-kelompok sipil, yang dianggap menjadi musuh. Seperti yang terjadi di Karachi, Peshawar, Lahore dan Baluchistan, dan berbagai propinsi di wilayah Afghanistan, bahkan di pusat ibukota Kabul baru-baru ini. Ini semuanya hanyalah menggambarkan langkah-langkah militeristik, yang dijalankan AS, tak pernah dapat mengalahkan dan menghentikan Taliban dan Al-Qaidah. Justru ada kecenderungan naiknya aksi perlawanan mereka di seluruh dunia, terhadap AS, yang menjadi lambang ‘Kerajaan Setan’.
Belum lama ini, bagaimana 9 orang agen CIA, tewas, dari seorang anggota Taliban, yang berhasil menyamar dengan seragam militer Afghanistan, dan meledakkan diri di Markas CIA di Afghanistan, dan termasuk menewaskan komandan CIA di Afghanistan. AS gagal dengan pendekatan militer menghadapi Taliban dan Al-Qaidah.
Di Iraq seluruh infrastruktur keamanan negara lumpuh. Serangan bom bunuh diri berlangsung dengan menghebat. Sasarannya gedung-gedung pusat pemerintah Iraq. Perdana Menteri Iraq, yang merupakan ‘orang AS”, tak mampu mengendalikan situasi keamanan di Iraq. Invasi AS ke Iraq, sesudah berhasil menjatuhkan Saddam, kenyataannya tidak dapat menciptakan situasi yang aman, dan mengendalikan sitausi sepenuhnya. Kekacauan di Iraq semakin menghebat.Lagi-lagi yang mendapat tuduhan adalah Al-Qaidah.
AS, di bawah Presiden Obama, terus menyulut kekacauan global, bukannya menciptakan perdamaian, dan ketenteraman dilingkungan masyarakat. Ini semua menjadi kasat mata. Seperti kunjungan Kepala Staf Gabungan Pasukan AS, Jendral Mc Mullen, ke Yaman, dan mendorong Presiden Ali Abdullah Saleh berperang dengan Al-Qaidah. Semuanya isu yang menjadi missi AS, adalah menghancurkan Al-Qaidah dan Taliban.
Pendekatan militer telah gagal. Tindakan AS dengan menggunakan militernya untuk menghancurkan kekuatan Islam, pasti gagal. Di sini pasti berlaku hukum qishas. Siapa yang membunuh harus dibunuh. Seperti diucapkan oleh pemimpin Taliban, Mullah Omar, “Orang-orang kafir yang membunuh kami, mereka harus mendapatkan imbalan yang setimpal”, ucapnya.
Maka, jika ingin menciptakan keamanan global, dan menghentikan segala tindakan kekacauan yang ada, tidak lain, AS harus menghentikan tindakan militernya.
Tapi, ini sunatullah yang menjelang akhir zaman, di mana menurut, hadist Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, tidak akan terjadi kiamat, sebelum orang-orang mukmin mengalahkan orang-orang Yahudi. Dan, dibalik kekacauan global sekarang ini, tak lain adalah tangan-tangan Zionis dan Yahudi. Wallahu’alam.

“http://www.eramuslim.com/editorial/siapa-menjadi-sumber-kekacauan-global.htm”